BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran tematik sering juga
disebut dengan pembelajarn terpadu dan dipersamakan dengan integrated teaching
and learning, integrated curriculum approch, acoherent curriculum approch. Konsep
ini telah lama dikemukakan oleh john Dewey sebagai upaya untuk mengintegrasikan
perkembangan dan pertumbuhan siswa-siswi dan kemampuan pengetahuannya (Beans,
1933 dalam sa’ud,dkk., 2006). Ia memberikan pengertian bahwa pembelajaran
terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa-siswi dalam
pembentukan pengetahuan berdsarkan pada interaksi dengan lingkungan dan
pengalaman kehidupannya. Pada umumnya pembelajaran tematik/terpadu adalah
pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa
isi mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa-siswi,
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi mereka.
Pembelajaran tematik menawarkan
model-model pembelajan yang menjadikan aktifitas pembelajan itu relevan dan
penuh makna bagi siswa-siswi, baik aktifitas formal maupun invormal, meliputi
pembelajaran inquiry secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan
fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa-siswi
untuk membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Landasan
yuridis dalam pembelajan tematik
Landasan
yuridis bagi pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau
peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah. Landasan yuridis tersebut adalah undang-undag No 23
tahun 2002 tentang perlindungan anak yag menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Undang-undang No 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Bab V, pasal 1 b). Menyatakan
bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
B.
Kurikulum
pembelajaran tematik
1. Pengorganisaian
kurikulum
Pengorganisasian
kurikulum pembelajaran tematik merupakan perpaduan antara dua kurikulum atau
lebih sedemikian hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh, dan dalam aplikasi
pada kegiatan pembelajaran diharapkan dapat menggairahkan proses pembelajaran
serta pembelajaran menjadi lebih bermkana karena senantiasa mengkaitkan dengan
kegiatan praktis sehari-hari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Sejalan dengan hal tersebut masing-masing siswa-siswi membangun sendiri
pemahaman terhadap konsep atau pengetahuan yang baru dan mereka menjadi arsitek
dan pembangun gagasan tersebut.
Menurut
Nasution, S., (dalam Nurdin, S., dan Usman, B.M., 2003). Dilihat dari
organisasi kurikulum pada umumnya ada 3 tipe kurikulum pembelajaran, yakni:
separated subject curriculum, currelated curriculum , dan integrated
curriculum.
v Separated
subject curriculum
Tipe
ini bahan dikelompokkkan pada mata pelajaran yang sempit, di dalamnya antara
mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya menjadi terpisah-pisah, terlepas
dan tidak mempunyai kaitan sama sekali, sehingga banyak jenis mata pelajaran
menjadi sempit ruang lingkupnya.
v Correlated
curriculum
Adalah
suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan ciri
(karakteristik) tiap bidang studi tersebut. Hubungan korelasi antar mata
pelajaran tersebut dapat di lakukan melalui beberapa cara, antara lain:
Ø Insidental
Ø Hubungan
yang lebih erat
Ø Batas
mata pelajaran disatukan dan difungsikan.
v Integrated
curriculum
Secara
istilah, integrasi memiliki sinonim dengan perpaduan penyatuan dau penggabungan,
dari dua objek atau lebih (Wedawati (1990) dalam Darwin (2001)). Hal ini
sejalan dengan pengertian yang di kemukakan oleh Poerwardaminta (1997),
integrasi adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh.
Dalam
integrated curriculum pelajaran di pusatkan pada suatu masalah atau topik
tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan
mengacu pada topik tertentu. Apa yang di sajikan di sekolah, disesuakan dengan
kehidupan siswa-siswi di luar sekolah. Pelajaran di sekolah membatu siswa-siswi
dalam menghadapi berbagai persoalan di luar sekolah. Biasanya bentuk kurikulum
semacam ini di laksanakan melalui pelajaran unit, di mana suatu unit mempunyai
tujuan yang mengandung makna bagi sswa-siswi yang di tuangkan dalam bentuk
masalah. Untuk pemecahan masalah, pebelajar diarahkan untuk melakukan kegiatan
yang saling berkaitan antra satu dengan yang lainnya.
Pada
skala praktis intregrated curriculum menurut Nurdin, S., dan Usman, B.M., 2003
memiliki beberapa kelebihan dan manfaat, antara lain:
Ø Segala
permasalahan yang di bicarakan dalam unit sangat bertalian erat.
Ø Sangat
sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar mengajar.
Ø Memungkunkan
adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat.
Ø Sesuai
dengan ide demokrasi, dimana siswa-siswi di rangasang untuk berfikir sendiri,
bekerja sendiri, dan memikul tanggung jawab bersama dan bekerja sama dalam
kelompok.
Ø Penyajian
bahan di sesuaikan dengan kesanggupan (kemampuan) individu, minat dan
kematangan siswa0siswi baik secara individu maupun secara kelompok.
Selain
kelebihan sebgaimana di kemukakan di atas, integrated curriculum menurut
Nurdin, S dan Usman B.M, 2003 juga memiliki kelemahan-kelemahan yaitu:
Ø Guru
tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini.
Ø Organisasinya
tidak logis dan kurang sistematis.
Ø Terlalu
memberatkan tugas-tugas guru, karena bahan pelajaran yang mungkin berubah
setiap tahun sehingga mengubah pokok-pokok permasalahan dan juga isi atau
materi.
Ø Kurang
memungkinkan untuk di laksanakan ujuian umum.
Ø Siswa-siswi
di anggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum.
Ø Sarana
dan prasarana yang kurang memadai yang dapat menunjang pelaksanaan kurikulum
tersebut.
2. Klasifikasi
pengintegrasian tema
v Pengintegrasian
beberapa disiplin ilmu
Model
ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menautka dua atau lebih bidang
ilmu yang serumpun. Misalnya di bidang ilmu alam, menautkan antara dua tema
dalam fisika dan biologi yang memiliki relevansi atau antara tema kimia dan
fisika. Misalnya tema metabolisme dapat di tinjau dari biologi maupun kimia.
Begitulah dengan tema-tema yang relevan pada bidang ilmu sosial seperti antara
sosiologi dan geografi. Jadi sifat perpaduan dalam model ini adalah banyak
dalam satu rumpun bidang ilmu saja (interdisipliner).
v Pengintegrasian
beberapa disiplin ilmu
Model
ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menautkan antar disiplin ilmu
yang berbeda. Misalnya antara tema yang ada dalam bidang ilmu sosial dengan
bidag ilmu alam. Sebagai contoh, tema energi merupakan tema yang dapat di kaji
dari bidang ilmu yang berbeda baik dalam bidang ilmu sosial (kebutuhan energi
dalam masyarakat) maupun dalam bidang ilmu alam bentuk-bentuk energi dan
teknologinya. Jadi dengan demikian jelas bahwa dalam model ini suatu tema
tersebut dapat di kaji dari dua sisi budang ilmu yag berbeda (antar disilpin
ilmu).
v Pengintegrasian
di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu
Model
ini merupakan model pembelajaran terpadu yang paling kompleks karena menautkan
antar disiplin ilmu yang serumpun sekaligus bidang ilmu yang berbeda. Misalnya
antara tema yang ada dalam bidang ilmu sosial, bidang ilmu alam, teknologi
maupum ilmu agama. Sebagai contoh, tema rokok merupakkan tema yang dapat di
kaji dari berbagai bidang ilmu yag berbeda. Di bidang ilmu sosial dapat di kaji
dampak sosilal merokok dalam masyarakat, (sosiologi), aspek pembiayaan ekinomi
bagi perokok (ekonomi), dalam bidang ilmu alam, dapat di kaji bahaya rokok bagi
kesehatan (biologi), kandungan kimiawi rokok (kimia), unsur radio aktif (radon)
dalam daun tembakau (fisika). Sedangkan di bidang ilmi agama datap di kaji
bahwa rokok merupakan perbuatan yang sia-sia (makruh hukumnya). Jadi dengan
demkian nampak jelas bahwa dalam model ini suatu tema tersebut dapat di kaji
dari dua sisi, yaitu dalam satu bidang ilmu (interdisipiln) maupun dari bidang
ilmu yang berbeda (antar disiplin ilmu). Dengan demikia semakin jelaslah
kebemaknaan pembelajaran itu, karena pada dasarnya tak satupun permasalahan
(konsep) yang dapat di tinjau hanya dari satu sisi saja.
BAB III
KESIMPULAN
Pembelajaran tematik/terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan
tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dengan
pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa-siswi, sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna bagi mereka. Landasan yuridis bagi pembelajaran tematik
berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran tematik di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.
Landasan yuridis
adalah undang-undag No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yag menyatakan
bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya (pasal 9). Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (Bab V, pasal 1 b). Menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku paket tematik,
landasan dan kurikulum pembelajaran tematik.
http://www.contoh-kti.info/makalah-pembelajaran-tematik-pada-kurikulum-ktsp/http://www.google.co.id/search?q=kurikulum+yang+digunakan+dalam+pembelajaran+tematik
bagaimana sikap anda sbg seorang guru yang mengetahui apabila pesdik blum sepenuhnya mendapatkan pelayanan pendidikan?? hehe
BalasHapusberusaha memberikan pelayanan pendidikan itu kepada pesdik semaksimal mungkin supaya pesdik mendapatkan pendidikan sebagai mana mestinya, karena pendidikan adalah kebutuhan yang harus dan wajib di miliki oleh setiap orang atau anak.
BalasHapusDalam pengintegrasian tema ada 3 klasifikasi, dari ketiga klasifikasi tersebut manakah yang paling sesuai jika diterapkan dalam pembelajaran tematik?
BalasHapusketiga klasifikasi tersebut semua sesui unuk di terapkan dalam pembelajaran tematik karena di dalam ketiga klasifikasi itu ada keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya, sehingga memudahkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
BalasHapus