Kamis, 08 Maret 2012

LANDASAN YURIDIS DAN KURIKULUM YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK



BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran tematik sering juga disebut dengan pembelajarn terpadu dan dipersamakan dengan integrated teaching and learning, integrated curriculum approch, acoherent curriculum approch. Konsep ini telah lama dikemukakan oleh john Dewey sebagai upaya untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa-siswi dan kemampuan pengetahuannya (Beans, 1933 dalam sa’ud,dkk., 2006). Ia memberikan pengertian bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa-siswi dalam pembentukan pengetahuan berdsarkan pada interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya. Pada umumnya pembelajaran tematik/terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa-siswi, sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi mereka.
Pembelajaran tematik menawarkan model-model pembelajan yang menjadikan aktifitas pembelajan itu relevan dan penuh makna bagi siswa-siswi, baik aktifitas formal maupun invormal, meliputi pembelajaran inquiry secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa-siswi untuk membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya.
                                                                                                                     



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Landasan yuridis dalam pembelajan tematik
Landasan yuridis bagi pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah. Landasan yuridis tersebut adalah undang-undag No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yag menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Bab V, pasal 1 b). Menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
B.     Kurikulum pembelajaran tematik
1.      Pengorganisaian kurikulum
Pengorganisasian kurikulum pembelajaran tematik merupakan perpaduan antara dua kurikulum atau lebih sedemikian hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh, dan dalam aplikasi pada kegiatan pembelajaran diharapkan dapat menggairahkan proses pembelajaran serta pembelajaran menjadi lebih bermkana karena senantiasa mengkaitkan dengan kegiatan praktis sehari-hari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sejalan dengan hal tersebut masing-masing siswa-siswi membangun sendiri pemahaman terhadap konsep atau pengetahuan yang baru dan mereka menjadi arsitek dan pembangun gagasan tersebut.
Menurut Nasution, S., (dalam Nurdin, S., dan Usman, B.M., 2003). Dilihat dari organisasi kurikulum pada umumnya ada 3 tipe kurikulum pembelajaran, yakni: separated subject curriculum, currelated curriculum , dan integrated curriculum.
v  Separated subject curriculum
Tipe ini bahan dikelompokkkan pada mata pelajaran yang sempit, di dalamnya antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya menjadi terpisah-pisah, terlepas dan tidak mempunyai kaitan sama sekali, sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.
v  Correlated curriculum
Adalah suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan ciri (karakteristik) tiap bidang studi tersebut. Hubungan korelasi antar mata pelajaran tersebut dapat di lakukan melalui beberapa cara, antara lain:
Ø  Insidental
Ø  Hubungan yang lebih erat
Ø  Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan.
v  Integrated curriculum
Secara istilah, integrasi memiliki sinonim dengan perpaduan penyatuan dau penggabungan, dari dua objek atau lebih (Wedawati (1990) dalam Darwin (2001)). Hal ini sejalan dengan pengertian yang di kemukakan oleh Poerwardaminta (1997), integrasi adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh.
Dalam integrated curriculum pelajaran di pusatkan pada suatu masalah atau topik tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topik tertentu. Apa yang di sajikan di sekolah, disesuakan dengan kehidupan siswa-siswi di luar sekolah. Pelajaran di sekolah membatu siswa-siswi dalam menghadapi berbagai persoalan di luar sekolah. Biasanya bentuk kurikulum semacam ini di laksanakan melalui pelajaran unit, di mana suatu unit mempunyai tujuan yang mengandung makna bagi sswa-siswi yang di tuangkan dalam bentuk masalah. Untuk pemecahan masalah, pebelajar diarahkan untuk melakukan kegiatan yang saling berkaitan antra satu dengan yang lainnya.
Pada skala praktis intregrated curriculum menurut Nurdin, S., dan Usman, B.M., 2003 memiliki beberapa kelebihan dan manfaat, antara lain:
Ø  Segala permasalahan yang di bicarakan dalam unit sangat bertalian erat.
Ø  Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar mengajar.
Ø  Memungkunkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat.
Ø  Sesuai dengan ide demokrasi, dimana siswa-siswi di rangasang untuk berfikir sendiri, bekerja sendiri, dan memikul tanggung jawab bersama dan bekerja sama dalam kelompok.
Ø  Penyajian bahan di sesuaikan dengan kesanggupan (kemampuan) individu, minat dan kematangan siswa0siswi baik secara individu maupun secara kelompok.
Selain kelebihan sebgaimana di kemukakan di atas, integrated curriculum menurut Nurdin, S dan Usman B.M, 2003 juga memiliki kelemahan-kelemahan yaitu:
Ø  Guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini.
Ø  Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis.
Ø  Terlalu memberatkan tugas-tugas guru, karena bahan pelajaran yang mungkin berubah setiap tahun sehingga mengubah pokok-pokok permasalahan dan juga isi atau materi.
Ø  Kurang memungkinkan untuk di laksanakan ujuian umum.
Ø  Siswa-siswi di anggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum.
Ø  Sarana dan prasarana yang kurang memadai yang dapat menunjang pelaksanaan kurikulum tersebut.
2.      Klasifikasi pengintegrasian tema
v  Pengintegrasian beberapa disiplin ilmu
Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menautka dua atau lebih bidang ilmu yang serumpun. Misalnya di bidang ilmu alam, menautkan antara dua tema dalam fisika dan biologi yang memiliki relevansi atau antara tema kimia dan fisika. Misalnya tema metabolisme dapat di tinjau dari biologi maupun kimia. Begitulah dengan tema-tema yang relevan pada bidang ilmu sosial seperti antara sosiologi dan geografi. Jadi sifat perpaduan dalam model ini adalah banyak dalam satu rumpun bidang ilmu saja (interdisipliner).
v  Pengintegrasian beberapa disiplin ilmu
Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menautkan antar disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya antara tema yang ada dalam bidang ilmu sosial dengan bidag ilmu alam. Sebagai contoh, tema energi merupakan tema yang dapat di kaji dari bidang ilmu yang berbeda baik dalam bidang ilmu sosial (kebutuhan energi dalam masyarakat) maupun dalam bidang ilmu alam bentuk-bentuk energi dan teknologinya. Jadi dengan demikian jelas bahwa dalam model ini suatu tema tersebut dapat di kaji dari dua sisi budang ilmu yag berbeda (antar disilpin ilmu).
v  Pengintegrasian di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu
Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang paling kompleks karena menautkan antar disiplin ilmu yang serumpun sekaligus bidang ilmu yang berbeda. Misalnya antara tema yang ada dalam bidang ilmu sosial, bidang ilmu alam, teknologi maupum ilmu agama. Sebagai contoh, tema rokok merupakkan tema yang dapat di kaji dari berbagai bidang ilmu yag berbeda. Di bidang ilmu sosial dapat di kaji dampak sosilal merokok dalam masyarakat, (sosiologi), aspek pembiayaan ekinomi bagi perokok (ekonomi), dalam bidang ilmu alam, dapat di kaji bahaya rokok bagi kesehatan (biologi), kandungan kimiawi rokok (kimia), unsur radio aktif (radon) dalam daun tembakau (fisika). Sedangkan di bidang ilmi agama datap di kaji bahwa rokok merupakan perbuatan yang sia-sia (makruh hukumnya). Jadi dengan demkian nampak jelas bahwa dalam model ini suatu tema tersebut dapat di kaji dari dua sisi, yaitu dalam satu bidang ilmu (interdisipiln) maupun dari bidang ilmu yang berbeda (antar disiplin ilmu). Dengan demikia semakin jelaslah kebemaknaan pembelajaran itu, karena pada dasarnya tak satupun permasalahan (konsep) yang dapat di tinjau hanya dari satu sisi saja.


BAB III
KESIMPULAN
Pembelajaran tematik/terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa-siswi, sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi mereka. Landasan yuridis bagi pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.
        Landasan yuridis adalah undang-undag No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yag menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Bab V, pasal 1 b). Menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.



DAFTAR PUSTAKA
Buku paket tematik, landasan dan kurikulum pembelajaran tematik.
http://www.contoh-kti.info/makalah-pembelajaran-tematik-pada-kurikulum-ktsp/http://www.google.co.id/search?q=kurikulum+yang+digunakan+dalam+pembelajaran+tematik

4 komentar:

  1. bagaimana sikap anda sbg seorang guru yang mengetahui apabila pesdik blum sepenuhnya mendapatkan pelayanan pendidikan?? hehe

    BalasHapus
  2. berusaha memberikan pelayanan pendidikan itu kepada pesdik semaksimal mungkin supaya pesdik mendapatkan pendidikan sebagai mana mestinya, karena pendidikan adalah kebutuhan yang harus dan wajib di miliki oleh setiap orang atau anak.

    BalasHapus
  3. Dalam pengintegrasian tema ada 3 klasifikasi, dari ketiga klasifikasi tersebut manakah yang paling sesuai jika diterapkan dalam pembelajaran tematik?

    BalasHapus
  4. ketiga klasifikasi tersebut semua sesui unuk di terapkan dalam pembelajaran tematik karena di dalam ketiga klasifikasi itu ada keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya, sehingga memudahkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

    BalasHapus